Ketum PDI Perjuangan: Kader Partai Tidak Boleh Membelakangi Rakyat

 Ketum PDI Perjuangan: Kader Partai Tidak Boleh Membelakangi Rakyat

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarno Putri | Foto: Ralian

HAIMEDIA.ID, Jakarta – Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarno Putri menegaskan di Hari Ulang Tahun (HUT) ke-48 Tahun PDIP agar para simpatisan dan kader memegang tegus kepercayaan rakyat.

Kemenangan partai PDIP di Pemilu 2019, dengan terpilih kembali Joko Widodo sebagai Presiden adalah karena rakyat menaruh harapan kepada PDIP. Karena itu, PDIP harus mampu mewujudkan dengan kerja nyata yang bermanfaat bagi rakyat. Mewujudkan kesejahteraan rakyat.

“Saya nyatakan untuk kader-kader partai jangan sekali-kali memunggungi atau membelakangi rakyat,” tegas Megawati, dalam peringatan HUT PDIP yang digelar secara zoom meeting, Minggu (10/1/2021).

Presiden ke-5 Republik Indonesia ini juga mengatakan, agar para kader dan simpatisan jangan jalan sendiri-sendiri. Menurut Mega, setiap simpatisan dan kader partai harus berjalan sesuai dengan tujuan Pembukaan UUD 1945 dan berpedoman dengan ideologi Pancasila.

“Militansi partai diuji bukan saat terpuruk, tetapi pada saat menang apakah sesuai dengan ideologi (Pancasila-red) dan harapan rakyat,” tegas Megawati.

Megawati mengingatkan, kemenangan yang diberikan rakyat bukan berarti para simpatisan dan kader partai semakin menjauh dari rakyat. “Kader PDIP dimana pun berada sadarlah, harapan rakyat dititipkan bersama dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi rakyat, dan tidak bisa diatasi satu malam. Kesulitan bisa diatasi dengan kecerdasan sendiri,”ucap Megawati.

Diakui Megawati, partai PDIP didirikan melalui proses yang panjang dan penuh perjuangan. “Partai yang saya dirikan kini berusia 48 tahun, partai ini didirikan tidak hanya dengan hamparan karpet merah tetapi dari air mata dan darah,” tutur Megawati.

Megawati mengatakan hal itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, pada zaman Orde Baru, 10 Januari 1973 diantaranya Partai Nasionalis Indonesia (PNI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Partai Katolik, Partai Murba dan Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) berfuso menjadi Partai Demokrasi Indonesia.

Selanjutnya, Megawati mengakui mengawali karir politiknya di partai PDI sejak 1986. Setahun kemudian, Putri Presiden pertama Soekarno itu ikut Pemilu dan terpilih sebagai Anggota DPR RI. “Tahun 1987, diminta ikut ikut Pemilu saya terpiluh menjadi anggota DPR,” ungkap Megawati.

Lebih lanjut, Mengawati mengisahkan dirinya di Kongres Luar Biasa PDI pada 1993 di Sukolilo, Surabaya terpilih secara aklamasi. Namun, untuk menduduki tampuk orang nomor satu di PDI mendapat penolakan keras dari penguasa Orde Baru ketika itu.

“Pada 27 Juli 1996 suatu peristiwa yang sangat memilukan terjadi pada bangsa ini, dimana terjadi penyerangan kantor PDI,” ucap Megawati.

Di tengah penyerangan itu, selanjutnya Megawati mengisahkan, betapa sulitnya melawan pemerintahan rejim Orde Baru yang otoriter. Namun, Megawati tetap optimis dengan melakukan perlawanan hukum terhadap penguasa Orde Baru.

“Waktu itu saya meminta kepada pengacara saya yang tergabung dalam Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) untuk melakukan perlawanan secara hukum. Saya intruksikan pada seluruh struktur partai di wilayah untuk melakukan perlawan. Alhamdulilah saya dimenangkan di Pengadilan Negeri Riau, dengan berganti nama partai menjadi PDIP,” tukas Megawati.

Diakui Megawati, kemenangan yang dialami partainya karena mendapat dukungan dan rakyat. Karenanya, dia mengingatkan agar setiap simpatisan dan kader tidak partai tidak jauh dari rakyat. Menurut Megawati,rakyat itu berada di desa, jadi tiga pilar partai jangan abaikan desa, dan terus memperhatikan dana desa untuk kesejahteraan rakyat.

“Jika desa kuat maka Indonesia akan kuat. Boleh kita bermimpi dong, kalau tidak bermimpi ya mati rasa,” ujarnya.

Penulis: Ralian

Related post